Muara
Hati
Moga
Bunda di Sayang Allah
Dalam
kehidupan pastilah ada banyak kisah dan pengalaman yang kita jumpai atau bahkan
pernah dialami sendiri. Disekitar kita pasti ada orang yang kurang beruntung, misalnya
buta dan tuli seperti Melati dalam Novel Moga Bunda diSayang Allah karya Tere
Liye...Bayangkan jika hal tersebut terjadi pada kita atau pada orang yang kita
sayangi. Dunia terasa gelap, tidak dapat melihat...dunia terasa sepi dan tidak
dapat mendengar apapun.
Melati sudah 3 tahun lamanya menderita karena buta
dan tuli, sekarang umurnya baru 6 tahun ia hanya dapat berkomunikasi dengan
mengucapkan dua kata yaitu BAA...MAA. Orang tuanya yang kaya raya itu telah
berusaha keras untuk menyembuhkan Melati dengan berbagai cara dan tentunya
telah mengeluarkan biaya yang banyak. Namun biaya yang banyak tidaklah menjadi
masalah untuk keluarga Hk, yang terpenting adalah anaknya dapat sembuh.
Berbagai pengobatan untuk melati tak kunjung membuahkan hasil, bahkan Bunda
mulai putus asa dan sakit hati karena semua dokter menganggap bahwa Melati
gila...padahal Melati tidak gila, ia hanya buta dan tuli. Hampir tak percaya
jika melihat anak kecil yang cantik, imut, dengan rambut ikal, gigi kelinci,
dan mata bagai biji buah leci itu berada
pada kondisi yang amat memprihatinkan.
Setiap
manusia pasti mempunyai pengalaman hidup yang amat pahit yang disebut dengan
masalalu. Karang pemuda yang memiliki rasa sosial tinggi terhadap anak – anak
hidupnya seketika hancur akibat kecelakaan kapal di laut yang telah merenggut
nyawa anak – anak yang diasuhnya di Taman Baca....Kinasih gadis yang ia cintai
juga telah membuat dirinya amat terluka, ia beranggapan bahwa kehidupan ini
tidak adil. Setiap individu mempunyai berbagai cara agar dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Ada yang memilih sabar dan ikhas dan berserah diri pada – Nya ada pula yang melampiaskan kesedihannya
dengan berbagai hal atau kegiatan misalnya mengunjungi tempat wisata atau
sekedar berkumpul dengan teman. Namun Karang tak semudah itu menyelesaikan
masalahnya, ia amat terpukul dengan peristiwa tersebut. Hidupnya hanya diisi
dengan mabuk. Mabuk sebenarnya tidak akan pernah menyelesaikan sebuh masalah
justru malah memperpanjang masalah dan membiarkan beban tersebut tumbuh subur
dalam diri kita. Bukankah masalah seharusnya dihadapi dengan berani?
Yaa....namun Karang tak dapat semudah itu menghadapi kenyataan yang sangat
pahit.
Bunda
akhirnya menemukan pemuda yang bernama karang sebagai solusinya untuk
menyembuhkan Melati. Meski awalnya Bunda ragu dengan penampilan Karang yang
berambut gondrong, jarang mandi, dan bau alkohol namun keyakinanlah yang
membuat ia yakin bahwa Karanglah orangnya. Selalu ada solusi yang baik jika
kita mau berusaha mencari jalan keluar
dari sebuah permasalahan yang sesulit apapun. Dalam hal ini saat karang
hadir dalam keluarga HK adalah hal yang menegangkan yaitu puncak dari
permasalahan yang rumit.
Melati
memiliki keterbatasan yaitu buta dan tuli yang membuat karang harus bekerja
keras untuk melatih Melati dalam hal apapun. Awalnya karang menggunakan metode
pembiasaan yaitu dengan membiasakan Melati makan dengan sendok - garpu, dan juga duduk dikursi. Karang menggunakan
stimulus yang mengakibatkan Melati merasa kesakitan. Melati diseret, dicengkram
tangannya, dan tidak diberi makan jika ia tidak mau patuh dengan apa yang
diperintahkan karang. Meskipun awalnya Melati memberontak namun pada akhirnya
ia merespon perintah karang, makan menggunakan sendok – garpu dan duduk
dikursi. Melati beranggapan jika ia tidak menuruti perintah Karang maka ia akan
kelaparan dan badannya akan terasa sakit. Ini mirip dengan teori Conditioning
Pavlov yang mengemukakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat – syarat dan dilakukan secara terus – menerus sehingga menimbulkan
respon dan reaksi.
Karang
mulai mengajari melati dengan cara menuliskan sesuatu pada telapak tangannya
misalnya menuliskan air, Bunda dan Ayah. Karang juga menyuruh melati menyentuh
bibirmya saat berkomunikasi sehingga Melati mengetahui apa yang dibicarakan
lawan bicaranya. Cara tersebut berhasil, Melati mulai menunjukkan perubahan
yang baik ia tidak hanya ingin mengetahui berbagai benda namun juga ingin
mengetahui kegunaaan benda tersebut. Bahkan Melati mulai aktif bertanya setiap
Karang atau Bunda mendongenginya dan saat berada di suatu tempat. Stimulus yang
di ajarkan oleh Karang menghasilkan respon pada telapak tangan Melati. Lewat
sentuhan tangannya ia belajar mengenal huruf, rasa panas atau dingin, dan
mengenal berbagai bentuk benda lewat tekstur dan rasa.
Perubahan
Melati yang makin membaik membuat keluarga HK sangat bahagia dan bersyukur
kepada Allah SWT, kebahagiaan tersebut seakan memberi dampak positif seisi
rumah. Salamah bisa bertemu kembali dengan kekasihnya dan mampu memperbaiki
hubungannya kembali. Karang bersama Kinasih dapat bersatu kembali dan aktif
kembali membangun Rumah Baca. Meski setelah itu Karang memutuskan untuk pergi
dan Melati sangat merasa sedih, namun Bunda berjanji mampu mengatasi semuanya. Karang
dan Melati adalah dua sosok yang mempunyai kesamaan dalam kehidupannya, mereka
sama – sama merasakan ujian kehidupan yang luar biasa Melati buta dan tuli
sedangkan Karang terjebak pada kisah pahit bersama anak – anak asuhnya dalam
Taman Baca yang didirikannya dan Kinasih gadis yang ia cintai.
Kisah
tersebut membuat kita sadar bahwa jangan menunggu Allah mengambil nikmat yang
sudah ada sehingga kita baru tersadar bahwa nikmat itu sudah ada. Namun
bersegerahlah menysukurinya. Salah satunya dengan melihat orang yang dibawah
kita, orang yang lebih susah, lebih kekurangan, dan jangan selalu melihat orang
yang berada diatas kita. Dengan cara seperti ini hati kita lebih peka, lebih
bersyukur dan lebih hidup.